Manifestasi Pemuda Berkarakter, Ayo Lawan Kekerasan Gender!


Apakah kalian pernah memilih jalan yang dua kali lebih jauh demi menghindari orang yang suka panggil-panggil dengan nada genit? Itu termasuk jenis pelecehan juga lho. Apa kalian pernah melihat orang memanggil secara kasar dengan menyinggung gender dan seksualitas? Yap, itu juga salah satu bentuk manifestasi kekerasan gender.

Tapi sebelum menyelami kekerasan gender kita harus tahu, apa itu kekerasan gender? Kekerasan gender adalah kekerasan yang berbasis gender atau seksual tertentu. Kekerasan gender sangat memengaruhi hidup seseorang dalam jangka panjang, namun paling sulit diungkap dan dibuktikan. Miris! Benar-benar meresahkan! 

Kita harus kritis terhadap kekerasan gender. Kekerasan gender bukan hanya secara fisik, bukan hanya memegang, memukul, dan menyakiti secara langsung. Melalui ucapan kekerasan atau pelecehan juga marak dilakukan. Seperti maraknya catcalling yang membuat seseorang tidak nyaman, komentar nakal yang menyinggung  gender dan seksualitas di media sosial, juga panggilan kasar dengan singgungan serupa.

Jika ditelisik lebih lanjut kekerasan gender jauh lebih kelam lagi. Korban tidak mampu melapor, takut, atau malu. Kadangkala korban dipaksa tutup mulut oleh persepsi masyarakat yang semrawut. Opini mengandung victim leading yang sering beredar di masyarakat antara lain :

"Kenapa tidak melawan?" 

Penjelasan : dari 300 wanita yang mendatangi klinik korban pemerkosaan 48% diantaranya mengalami tonic immobility.

"Kenapa pakai baju yang tidak baik?"

Penjelasan : bayi pun bisa menjadi korban, wanita bercadar juga bisa menjadi korban, pernah juga ada lansia yang menjadi korban. Apakah pakaian masih alasan valid untuk victim leading?

Bahkan korban kekerasan gender juga sulit melapor. Tidak ada bukti kuat, bahkan bisa dituduh balik oleh pelaku atas tuduhan pencemaran nama baik. Bahkan ada seseorang yang memiliki relasi kuasa yang kuat dengan mudah berdalih korban sudah setuju.

Fakta yang lebih meresahkan, Menurut survei Koalisi Ruang Publik Aman, institusi pendidikan menempati peringkat ke-3 sebagai tempat paling rawan kekerasan gender setelah jalan umum dan transportasi publik. Dengan pemuda berkarakter pancasila, tentu kita bisa jadi pasukan garda depan dalam aksi nyata melawan kekerasan gender, bukan? 

Bagaimana?

"Kita hanya pelajar, mana bisa melawan kekerasan gender? Hukum saja belum menguasai penuh."

Tenang, tenang. Sebagai pelajar dan juga dapat dilakukan oleh masyarakat umum lain banyak aksi nyata simpel yang bisa kita lakukan. Berikut partisipasi yang bisa dilakukan dalam melawan kekerasan gender.

Jangan menjadi pelaku. Sangat mudah bukan?

Jangan membela persepsi lama yang salah kaprah mengenai korban kekerasan gender. Berpikirlah kritis, jika ada korban jangan asal main menghakimi. Biarkan mereka bersuara. 

Lalu untuk yang menjadi korban, jangan merasa kalah! Laporkan pada orang dewasa yang bisa kamu percayai, hubungi organisasi yang bisa mendampingi, tetaplah tegar! Kita bisa bergerak bersama dan menjaga satu sama lain.

Oh iya. Selamat kalian telah melakukan aksi nyata dengan membaca tulisan ini! Belajar tentang kekerasan gender, membagikan informasi dan ajakan untuk suatu aksi nyata. Itu sudah aksi nyata yang membanggakan!

Tulisan saya kali ini dilatarbelakangi webinar yang diselenggarakan cerdasberkarakter.kemdikbudri. Terimakasih karena telah membuat ruang untuk saya beraksi. Oh iya, banyak webinar lain yang seru dengan ajakan aksi-aksi yang keren habis. Pastikan kalian mengikutinya, ya!

Dan untuk kalian semua yang akan memulai aksi nyata, terima kasih!

Komentar

Postingan Populer