04—Future Plan(s)


Masih teringat masa-masa kala peradaban manusia terpaksa menyekat berbagai lini kehidupan? Masa dimana kita dipaksa belajar secara daring. Masa dimana kita diberi tugas di luar nalar, termasuk merencanakan masa depan saat segala hal serasa tak layak dilanjutkan.

Aku mengumpulkan tinta-tinta dari air mata yang kemarin kau jatuhkan. Menyulingnya hingga bersisa endapan yang cukup gelap, cocok untuk kertas folio putihku yang sudah kusut.

Kuhubungi 2-3 temanku, mempertanyakan masa depan. Ingin jadi apa, ingin melangkah seberapa jauh, atau apakah kamu benar-benar ingin hilang dan berhenti. 

"Aku tidak ingin jadi manusia." Jawabmu.

"Ingin jadi hal kecil di bawah selimutmu setiap pagi. Ingin jadi percikan kecil di kepalamu, acap kali kau berpikir. Ingin jadi dengung ketika kamu bergumam tentang lagu barumu. Ingin jadi tempat tidurmu. Apapun yang seperti itu."

Tetaplah jadi manusia.

Kamu protes karena kusangkal, dan aku tetap tak menerima sanggahan.

Tetaplah jadi manusia.

Such a good plan.
93/100






Komentar

Postingan Populer